Tuesday, October 23, 2012

Degradasi Ideologi Mahasiswa


Degradasi-ideologi-mahasiswa
 Jangan membandingkan generasi mahasiswa '98 dengan kini. Setiap generasi memiliki strategi dan taktif perjuangan idealisme mereka, demikian salah satu kesimpulan dalam Forum "Kopi sakarek: Degradasi Ideologi Mahasiswa" (22/10) lalu.

Forum yang diusung mahasiswa yang selalu gelisah dan peduli, serta mangkal di Kafe Uniang Kameks ini mendatangkan dua pembicara; Hari Efendi Iskandar (dosen dan mantan aktivis '98), dan S Metron (pengamat pergerakan mahasiswa).

Sejak  pagi telah terlihat antusias peserta menghadirinya. Jarang-jarang diskusi seperti ini diadakan. Sekitar 50 orang mahasiswa tampak berjejel memenuhi kafe Kameks menghadiri topik Degradasi Ideologi Mahasiswa kali ini. Diskusi memang tak dimaksudkan di ruang seminar FIB, persoalan perizinan yang terlalu belibet menjadi salah satu alasan, selain ni forum dari dan untuk mahasiswa. Tampak duduk bersama audiens Dr. Anatona, Wakil Dekan (wadek) III FIB.

degradasi-ideologi-mahasiswa-1Kondisi mahasiswa, khusus Unand, kini dapat dikatakan tak lagi memiliki ruh idealisme. Telah terjadi degradasi idealisme di kalangan mahasiswa pasca Reformasi. Kuatnya tekanan dari pihak pimpinan merupakan salah satu alasan "kediaman" mahasiswa untuk menyatakan apa yang mereka rasakan sebagai tekanan.

"Kalau setiap melakukan sesuatu selalu takut, maka jadilah mahasiswa yang indenpenden", jelas Hari Efendi. Indenpenden itu terkait dengan kemandirian dana atau berpikir. Dengan kemandirian itulah segala kebebasan berekspresi mahasiswa dapat berjalan.

"Atau keluar, beraktifitaslah keluar!" demikian sebut S Metron mendukung penjelasan Hari. Menurut dia, apakah mahasiswa mesti berharap didanai setiap kegiatannya yang dengan itu mesti berambut pendek, tidak boleh merokok, dan tidak boleh demonstrasi. Masih banyak sumber-sumber lain, dan bagian dari pilihan menjadi seorang aktivis.

Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa menggunakan dengan baik menyatakan unek-unek mereka karena adanya wadek III FIB. Terungkap berbagai keresahan mereka terkait hak-hak dan kewajiban yang telah dijalankan.

Diantara keresahan itu terjabar soal beasiswa. Mahasiswa merasakan tidak adil ketika mereka mengajukan beasiswa diberati dengan syarat yang dianggap tak masuk akal; berambut pendek, tidak merokok, tidak boleh demonstrasi, tidak boleh pakai sendal ke kampus. Bila ada mahasiswa yang telah menerima beasiswa dan ketahuan merokok atau demonstrasi maka otomatis beasiswanya dicabut.

Diskusi yang berjalan sampai pukul 13.30 terus berjalan dengan panas. Mahasiswa dengan tegas menyatakan kekesalannya atas segala peraturan pimpinan, mulai dari fakultas sampai ke universitas. 
"Kami pimpinan yang di fakultas hanyalah menjalankan amanah yang diberikan pihak rektorat," demikian penjelasan Wadek III.

Forum Kopi Sakarek ini diharapkan diadakan sekali sebulan. Dalam diskusi perdana ini terdapat himbauan untuk melakukan aksi pada tanggal 29 Oktober nanti di lapangan auditorium Unand. "Peringatan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober nanti merupakan momen menunjukan memang tak ada degradasi idealisme mahasiswa Unand", kata Ajo Hari, "jadi silahkan datang," lanjutnya. [Bila suka dengan berita ini silahkan klik salah satu iklan di halaman depan. Gratis dan sangat membantu update blog/red]

0 comments :

Post a Comment

Terima kasih atas komentar Anda...